"Demi masa. Sungguh manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."


atas keizinanMU ku terlahir..
atas kudratMU aku berdiri..
atas kebenaranMU akan ku genggam bara ISLAM ini..

ya rahman, ya rahim..

titipkanlah selaut kekuatan buat hambaMU yang lemah ini..
biar ke penjuru dunia, biar melangit musafirku...pasti ISLAM ku genggam rapi...

Tuesday, February 1, 2011

Kepimpinan Islam Akan Kembali


Assalamualaikum ikhwah dan akhawat sekalian,

Sunnatullah atau Hukum Allah yang berlaku dalam kehidupan di dunia mengambil bentuk yang berbagai.

Di antaranya adalah seperti :

1. Benda yang dilempar ke atas mestilah jatuh ke bawah.

2. Manusia yang lapar dan haus bererti perlu makan dan minum untuk menghilangkannya.

3. Seseorang yang ditetak tangannya niscaya akan terluka dan berdarah.

4. Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan: ada siang ada malam, ada panas ada dingin, ada sehat ada sakit, ada senang ada susah, ada lapang ada sempit, ada kaya ada miskin, ada menang ada kalah.

Selain contoh-contoh di atas masih banyak lagi bentuk sunnatullah yang berlaku di atas muka bumi ini.

Di sudut lain, ada pula sunnatullah yang berlaku yang mempunyai kaitan dengan sekumpulan manusia, suatu kaum atau suatu umat.

Contohnya seperti berikut :

  1. Allah tidak akan membinasakan suatu kaum sebelum dikirim terlebih dahulu seorang Nabi atau Rasul dariNya yang berfungsi untuk memberikan teguran dan peringatan kepada kaum tersebut.
  2. Allah tidak akan membiarkan adanya suatu kaum yang berlaku sewenang-wenangnya terhadap kaum-kaum lainnya kecuali Allah akan hadirkan sekelompok manusia lainnya yang berfungsi menjadi pengimbang atas kelompok yang berlaku zalim tersebut.

Ini dikenali dalam istilah Islam sebagai "Sunnah At-Tadaafu' " (Sunnatullah dalam hal konflik atau pertentangan antara umat manusia).

Selain itu ada satu lagi sunatullah yang bernama "Sunnah At-Tadaawul"(Sunnatullah dalam hal pergantian giliran kepimpinan).

Perkara ini boleh kita temui dalam sebuah ayat yang berbunyi seperti berikut :

"Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia..." (QS Ali Imran : 140)

Terjemahan lengkap ayat di atas ialah :

"Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membezakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebahagian kamu dijadikanNya (gugur sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim." (QS Ali Imran : 140)

Agar umat Islam benar-benar memahami dan menghayati "Sunnah At-Tadaawul" , maka melalui ayat ini Allah mengaitkannya dengan kejadian perang Uhud yang dialami oleh kaum muslimin.

Perang Uhud merupakan perang kedua setelah perang Badar. Di dalam perang Badar para sahabat meraih kemenangan padahal mereka hanya berjumlah 313 orang melawan kaum kafir musyrik Quraisy yang berjumlah 1000 orang sedangkan dalam perang berikutnya, iaitu perang Uhud, kaum muslimin pada tahap awal peperangan sesungguhnya telah meraih kemenangan.

Namun, apabila pasukan pemanah meninggalkan pos pertahanan mereka di bukit Uhud, maka situasinya berubah sama sekali. Allah akhirnya mengizinkan kemenangan berada di pihak kaum kafir musyrik Quraisy sedangkan Nabi saw dan para sahabatnya menderita kekalahan.

Sehingga Allah swt berfirman :

"Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka (penderitaan kekalahan), maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka (penderitaan kekalahan) yang serupa."

  1. Mengapa Allah perlu membiarkan kaum muslimin menderita kekalahan?
  2. Mengapa sebaliknya Allah mengizinkan kaum kuffar musyrik Quraisy mendapat kemenangan?

Allah swt sendiri menjelaskannya :

PERTAMA : Allah ingin mempergilirkan kemenangan dan kekalahan di antara manusia.

Kejayaan dan kehancuran ingin digilir di antara manusia. Itulah tabiat dunia. Dalam dunia yang fana ini :

  1. Tidak ada perkara yang bersifat kekal dan abadi.
  2. Tidak ada pihak yang terus-menerus menang.
  3. Tidak ada kelompok yang terus-menerus kalah.

Semua akan mengalami giliran yang silih berganti. Orang-orang yang berimanpun, tanpa kecuali, akan mengalami keadaan yang silih berganti di dunia kerana bukan semata-mata dengan keimanan lalu seseorang atau sesuatu kelompok manusia mesti sentiasa menang.

Tanpa pernah mengalami kekalahan, bagaimana mungkin seseorang atau sekelompok manusia akan menghargai dan mensyukuri kemenangan?

KEDUA : Allah hendak memisahkan dan membezakan orang yang beriman dengan orang yang kafir.

Dengan mengalami kemenangan dan kekalahan, maka akan terlihatlah :

  1. Siapakah orang yang pandai bersyukur ketika menang.
  2. Siapakah pula yang pandai bersabar di kala mengalami kekalahan.

Begitulah pula sebaliknya di mana akan terlihat siapakah orang yang lupa diri di kala menang dan siapa yang berputus-asa ketika kalah.

KETIGA : Melalui pengalaman silih bergantinya kemenangan dan kekalahan Allah hendak memberi peluang orang-orang ynag beriman untuk meraih bentuk kematian yang paling mulia, iaitu mati syahid.

Allah berkehendak mencabut nyawa orang-orang yang beriman sebagai para syuhada’ yang ketika berpisah ruh dari jasadnya, maka ruh mulia tersebut akan terus dijemput oleh burung-burung syurga.

Berdasarkan perkara di atas, maka perjalanan sejarah umat Islam boleh dilihat sebagai :

  1. Sebuah perjalanan panjang yang diwarnai oleh silih bergantinya pengalaman kemenangan dan kekalahan umat ini ke atas kaum kafir.
  2. Silih bergantinya kejayaan dan kehancuran umat.
  3. Kadang-kadang ada masanya orang-orang beriman memimpin umat manusia, namun ada masanya juga orang-orang kafir yang memimpin umat manusia.

Maka, sudah barang tentu pada masa di mana orang beriman memimpin masyarakat, maka berbagai program dan aktiviti sepatutnya lebih bercirikan"rasa syukur" akan nikmat kemenangan yang sedang dialami.

Sebaliknya, ketika kaum kafir yang memimpin umat manusia, maka sudah sepatutnya orang-orang beriman mengisi perjalanan hidupnya dengan dominasi"sikap sabar" di atas kekalahan yang sedang dideritainya.

Jadi bagaimanakah keadaan realiti kita dewasa ini?

Cuba kita kembali perhatikan hadits panjang dari Nabi saw yang membicarakan persoalan

"Ringkasan Sejarah Umat Islam di Akhir Zaman."

"Muncul fasa Kenabian di tengah kamu selama masa yang Allah kehendaki, kemudian Allah mencabutnya ketika Allah menghendakinya. Kemudian muncul fasa Kekhalifahan mengikuti manhaj (cara/metod/ sistem) Kenabian selama masa yang Allah kehendaki, kemudian Allah mencabutnya ketika Allah menghendakinya. Kemudian muncul fasa Raja-raja yang menggigit selama masa yang Allah kehendaki, kemudian Allah mencabutnya ketika Allah menghendakinya. Kemudian muncul fasa Penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak selama masa yang Allah kehendaki, kemudian Allah mencabutnya ketika Allah menghendakinya. Kemudian muncul fasa Kekhalifahan mengikuti manhaj (cara/metod/ sistem) Kenabian. Kemudian Nabi saw diam." (HR Ahmad)

Jadi, berdasarkan hadits di atas, "Ringkasan Sejarah Umat Islam di Akhir Zaman" terdiri dari 5 fasa atau zaman :

FASA I : KENABIAN

Di fasa ini umat Islam mengalami perjuangan selama 13 tahun sewaktu di Makkah sebelum hijrah ke Madinah di bawah kepimpinan orang-orang kafir dan 10 tahun berjuang di Madinah sesudah hijrah dari Makkah di bawah kepimpinan Nabi Muhammad saw yang memimpin masyarakat terus di bawah bimbingan Allah melalui Kitabullah, Al-Qur'an Al Karim.

Jadi di fasa pertama perjalanan sejarah umat Islam terjadi dua keadaan yang sangat berbeza. Pada separuh fasa pertama Nabi saw dan para sahabat mengalami keadaan di mana yang memimpin ialah kaum kafir musyrik. Sehingga generasi awal umat ini mengalami kekalahan yang menuntut kesabaran luar biasa untuk dapat bertahan menghadapi sikap hidup jahiliyah yang berlaku.

Namun pada separuh kedua fasa pertama ini, sesudah hijrah ke Madinah, kaum muslimin justeru semakin hari semakin kukuh kedudukannya sehingga Allah taqdirkan mereka menikmati kejayaan di tengah masyarakat jazirah Arab sehingga kaum musyrikin Arab pada masa itu akhirnya tunduk kepada kepimpinan orang-orang yang beriman.

FASA II : KEKHALIFAHAN MENGIKUT MANHAJ (CARA/METOD/ SISTEM) KENABIAN

Di fasa ini, umat Islam menikmati 30 tahun kepimpinan para Khulafa’ Ar-Rasyidin terdiri dari para sahabat utama iaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Al Khattab, Othman bin Affan dan Ali bin Abi Talib radhiyallahu 'anhum ajma'iin.

Sepanjang fasa ini boleh dikatakan umat Islam mengalami masa kejayaan, walaupun sejarah mencatat pada masa kepimpinan khalifah Othman dan Ali, sudah mulai muncul gejala pergolakan sosial-politik di tengah masyarakat yang mereka pimpin.

Namun secara umum boleh dikatakan bahwa orang-orang yang berimanlah yang memimpin masyarakat. Orang-orang kafir dan musyrikin tidak diberi kesempatan untuk berjaya sedikitpun. Hukum Allah tertegak dan hukum jahiliyah buatan manusia tidak berlaku.

FASA III : RAJA-RAJA YANG MENGGIGIT

Di fasa ini, umat Islam menikmati selama 13 abad kepimpinan orang-orang yang beriman.

Para pemimpin pada masa itu digelar khalifah. Sistem sosial dan politik yang berlaku disebut Khilafah Islamiyah berdasarkan hukum Al-Qur'an dan As-Sunnah An-Nabawiyyah. Namun mengapa Nabi saw menyebutnya sebagai fasa para raja-raja?

Ini kerana apabila seorang khalifah wafat maka yang menggantinya mestilah anak keturunannya. Demikianlah seterusnya. Ini berlaku samada pada masa kepimpinan Daulah Bani Umayyah, Daulah Bani Abbasiyah mahupun Kesultanan Usmaniah Turki.

Walaubagaimanapun, umat Islam masih boleh dikatakan mengalami masa kejayaan, kerana para Khalifah di fasa ketiga merupakan Raja-raja yang Menggigit, ertinya masih "menggigit" Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Tentunya tidak sama baiknya dengan kepimpinan para Khulafa Ar-Rasyidin sebelumnya yang masih "menggenggam" Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Ibarat mendaki bukit, tentulah lebih selamat dan pasti bila talinya digenggam daripada digigit tetapi secara umumnya di fasa ketiga ini, Hukum Allah tertegak dan hukum jahiliyah buatan manusia tidak berlaku.

FASA IV : RAJA-RAJA ATAU PENGUASA-PENGUASA YANG MEMAKSAKAN KEHENDAK (DIKTATOR)

Sesudah berlalunya fasa ketiga pada tahun 1924, mulailah umat Islam menjalani fasa di mana yang memimpin adalah penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak mereka.

Inilah fasa di mana kita hidup sekarang ini. Kita saksikan bahwa para penguasa di era moden ini memimpin dengan memaksakan kehendak mereka sambil melupakan dan mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya.

Samada pemerintahan itu disebut republik mahupun kerajaan beraja, suatu perkara yang pasti ialah semua yang berkuasa tidak mengembalikan urusan kehidupan sosial bermasyarakat dan bernegara kepada hukum Al-Qur'an dan As-Sunnah An-Nabawiyyah.

Manusia dipaksa tunduk kepada sesama manusia dengan memperlakukan hukum buatan manusia yang penuh dengan keterbatasan dan kepentingan peribadi seraya mengabaikan hukum Allah Yang Maha Adil.

Hukum jahiliyah buatan manusia dilaksanakan dan tegak di mana-mana sedangkan hukum Allah ditinggalkan dan tidak diambil berat.

Maka kita dapat simpulkan bahwa fasa keempat merupakan fasa kemenangan bagi kaum kafir dan kekalahan bagi orang-orang yang beriman.

Inilah fasa yang paling mirip dengan separuh pertama fasa pertama di mana Nabi saw dan para sahabat berjuang di Makkah sementara kekuasaan jahiliyah kaum kafir musyrik mendominasi di tengah-tengah masyarakat.

Dunia menjadi porak peranda di samping sarat dengan berbagai fitnah. Nilai-nilai jahiliah moden mendominasi kehidupan. Para penguasa mengurus masyarakat bukan dengan bimbingan wahyu Ilahi melainkan hanya berdasarkan hawa nafsu peribadi dan kelompok.

Dalam fasa inilah tertegaknya Sistem Dajjal. Berbagai cabang kehidupan umat manusia diatur dengan nilai-nilai Dajjal. Setiap urusan dunia dikelolakan dengan nilai-nilai materialisma, liberalisma dan sekularisma dalam semua bidang kehidupan termasuk politik, sosial, ekonomi, budaya, media, pendidikan, undang-undang, keselamatan, ketenteraan bahkan keagamaan. Masyarakat kian dijauhkan dari pola hidup berdasarkan manhaj Kenabian.

Nabi saw bersabda meramalkan bahwa tidak ada fitnah yang lebih dahsyat semenjak Allah swt ciptakan manusia pertama sehingga datangnya hari Kiamat selain fitnah Dajjal.

"Allah tidak menurunkan ke muka bumi (sejak penciptaan Adam as hingga hari Kiamat) fitnah yang lebih dahsyat dari fitnah Dajjal." (HR Thabrani)

Umat Islam yang menjalani fasa keempat ketika ini mesti mempersiapkan diri untuk menghadapi kemunculan fitnah paling dahsyat iaitu fitnah Dajjal.

Hidup di fasa keempat, iaitu fasa kepimpinan para "Mulkan Jabriyyan" (para penguasa yang memaksakan kehendak), merupakan hidup yang penuh cabaran.

Pada fasa ini Allah memberikan giliran kepimpinan umat manusia kepada pihak kuffar. Allah menguji kesabaran kaum muslimin menghadapi kepimpinan para penguasa yang memaksakan kehendak mereka serta mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya.

Sistem hidup yang mereka tawarkan merupakan sistem yang jauh dari nilai-nilai keimanan bahkan didominasi oleh nilai-nilai kekufuran.

Inilah zaman yang sarat dengan fitnah. Keterlibatan seorang muslim dalam aspek kehidupan moden manapun sangat berpotensi untuk mendatangkan dosa bagi dirinya. Rangkaian fitnah yang sedemikian hebat akan mencapai kemuncaknya kepada puncak fitnah iaitu ‘Fitnah Dajjal’.

Barangsiapa yang sanggup menyelamatkan dirinya dari rangkaian fitnah sebelum munculnya ‘Fitnah Dajjal’ akan berpeluang untuk selamat pula pada ketika munculnya ‘Fitnah Dajjal’.

Demikianlah peringatan Nabi saw :

"Suatu ketika hal ehwal Dajjal dibicarakan di hadapan Rasulullah saw. Kemudian beliau bersabda: "Sungguh fitnah yang terjadi di antara kamu lebih aku takuti dari fitnah Dajjal, dan tiada seorang yang dapat selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal). Dan tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini (baik kecil mahupun besar) kecuali dalam rangka menyongsong kedatangan fitnah Dajjal." (HR Ahmad)

Demikian pula sebaliknya, barangsiapa ketika rangkaian fitnah dalam berbagai dimensi kehidupan manusia sedang menjadi gejala kemudian ia terjebak ke dalamnya, maka dikhuatiri pada ketika puncak fitnah muncul ia akan terjebak pula untuk menjadi pengikut bahkan hamba Dajjal, Na'udzubillahi min dzaalik.

Ramai manusia dewasa ini yang tidak peduli akan puncak fitnah yang bakal datang di akhir zaman. Pada mereka, Dajjal menjadi fenomena yang dianggap sekadar ‘mitos’. Bahkan ramai yang menganggap Dajjal tidak ada sehingga ramai pula manusia yang melupakannya dan tidak pernah peduli untuk membincangkannya.

Ketika pengabaian ini berlaku di kalangan orang awam, ia sudah menjadi suatu masalah. Namun realitinya lebih jauh daripada itu.

Bahkan kita menyaksikan ketika ini, para pemberi peringatan seperti para muballigh, penceramah, ustaz dan kebanyakan ulama’ tidak lagi peduli untuk memperingatkan umat akan bahaya ‘Fitnah Dajjal’

.

Padahal apabila kedua gejala ini sudah mulai tersingkap, maka Nabi saw justeru mengatakan

bahwa pada saat seperti itulah Dajjal bakal keluar.

"Dajjal tidak akan muncul sehingga manusia melupakannya dan para Imam meninggalkan untuk mengingatkannya di atas mimbar-mimbar." (HR Ahmad)

Nabi saw bersabda bahwa pada saat kebanyakan orang awam melupakan perkara Dajjal dan para Imam tidak lagi memperingatkan umat akan bahaya‘Fitnah Dajjal’, maka ketika itulah Dajjal bakal keluar.

Realiti dunia kita dewasa ini sudah memaparkan kedua-dua fenomena tersebut. Maknanya, sudah sampai masanya kita perlu berwaspada dan berhati-hati dengan kemunculan Dajjal yang bila-bila masa sahaja akan keluar...!

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad, Nabi Muhammad saw menjelaskan ciri khas Dajjal kepada umatnya yang belum pernah dijelaskan oleh para Nabi sebelumnya kepada umatnya masing-masing. Beliau menegaskan bahwa Dajjal itu bermata dua namun salah satunya cacat atau buta sehingga yang ada atau yang berfungsi hanyalah satu mata sahaja.

"Dan sesungguhnya Dajjal itu bermata satu; sebelah matanya tidak nampak. Di antara kedua matanya tertulis "kafir" yg boleh dibaca oleh setiap mukmin yg mengerti bacaan/tulisan ataupun tidak." (HR Ahmad)

Hadits di atas mengingatkan kita akan suatu simbol yang tertera pada sekeping wang kertas satu dolar Amerika Syarikat (one dollar note). Di dalamnya kita lihat sebuah gambar yang disebut sebagai "The Great Seal" (Tanda Yang Agung).

Gambar ini penuh dengan makna dan isyarat. Perkataan berbahasa Latin "Novus Ordo Seclorum" bererti the New World Order (Ketetapan Sistem Dunia Baru) sedangkan di atas tulisan tersebut ada gambar piramid yang tidak sempurna kerana bahagian puncaknya terpotong.

Di atas piramid itu ada sebuah segitiga yang berukuran sesuai untuk diletakkan menjadi puncak piramid. Di dalam segitiga tersebut terdapat gambar mata tunggal. Manakala di atas segitiga bermata tunggal itu ada tulisan Latin "Annuit Coeptis" yang bererti "the Eye of Providence has approved of (our) undertakings." (Makhluk Bermata Tunggal telah merestui usaha-usaha kita).

Jika kita tafsirkan gambar di atas, maka ia boleh memberi makna bahwa dunia sedang diarahkan menjadi sebuah sistem yang berstruktur umpama piramid yang belum memiliki puncak atau struktur dunia yang belum mempunyai pemimpin tertinggi.

Namun pemimpin tersebut sedang dinanti-nantikan kehadirannya dan struktur dunia yang dirancang menjadi "The New World Order" tersebut menantikan kedatangan pemimpinnya yang bersimbolkan Makhluk Bermata Satu (Dajjal?).

Keseluruhan usaha-usaha untuk mewujudkan dan menguatkan "The New World Order" merupakan rangkaian usaha untuk meraih keridhaan dan restu dari Makhluk Bermata Satu atau Dajjal. Dengan kata lain, Ketetapan Sistem Dunia Baru ini adalah sebuah projek persembahan yang besar untuk menyambut kedatangan puncak fitnah iaitu Dajjal!

Setiap dimensi kehidupan moden dewasa ini adalah dalam rangka mewujudkan "The New World Order"(Ketetapan Sistem Dunia Baru). Sebuah sistem yang tidak berlandaskan nilai-nilai keimanan bahkan dipengaruhi secara terus oleh nilai-nilai kekufuran, nilai-nilai Dajjal.

Ahmad Thompson, seorang penulis Muslim rakyat Britain jelas menyatakan bahwa dunia moden

semenjak hampir satu abad yang lalu (sejak runtuhnya Khilafah Islamiyah Uthmaniyah yang terakhir) membentuk dirinya menjadi sebuah Sistem Dajjal. Suatu sistem yang penuh dengan nila-nilai Dajjal di mana jika makhluk Dajjal itu muncul pada masa sekarang ini, maka ia akan segera dinobatkan menjadi pemimpin Sistem Dajjal yang telah tersedia.

Inilah yang dikhuatiri oleh Rasulullah saw. Bilamana rangkaian fitnah telah bermunculan menjelang datangnya Dajjal, maka manusia akan mengalami proses pemilihan.

Barangsiapa yang sanggup istiqamah menghindarkan diri dan keluarganya dari rangkaian fitnah tersebut, maka ia bakal terbebas dari puncak fitnah, iaitu Dajjal. Sebaliknya, barangsiapa yang malah ikut serta menyemarakkan rangkaian fitnah sebelum datangnya Dajjal, niscaya ia akan sangat mudah untuk menjadi sasaran tipudaya Dajjal.

Barangsiapa yang tidak mempunyai jiwa yang kritis dan hanya menerima bahkan mendokong "The New World Order", maka ia termasuk mereka yang pada hakikatnya turut menanti-nanti dan menyambut dengan sukacita kedatangan pucuk pimpinan, iaitu Dajjal sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw di dalam haditsnya seperti berikut :

"Suatu ketika hal ehwal Dajjal dibicarakan di hadapan Rasulullah saw. Kemudian beliau bersabda: "Sungguh fitnah yang terjadi di antara kamu lebih aku takuti dari fitnah Dajjal, dan tiada seorang yang dapat selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal). Dan tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini (baik kecil mahupun besar) kecuali dalam rangka menyongsong kedatangan fitnah Dajjal. (HR Ahmad)

Umat Islam sudah menjalani fasa keempat ini selama 86 tahun sejak runtuhnya Khilafah Islamiyyah terakhir. Ini merupakan era paling kelam dalam sejarah Islam di Akhir zaman. Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Perkembangan terkini di sesetengah negara Arab memberi petunjuk bahwa sudah berlaku kesedaran massa ke arah kehidupan Islam yang sebenar dan fasa keempat ini lambat laun akan berakhir jua.

Fasa V : KEKHALIFAHAN MENGIKUT MANHAJ (CARA/METOD/ SISTEM) KENABIAN

Walaubagaimanapun kita melihat keadaan umat Islam dewasa ini masih mengalami kekalahan dan kaum kafir dan mereka yang bersekongkol dengannya mengalami kejayaan, namun kita wajib bersikap optimis dan tidak berputus-asa kerana dalam hadits ini Nabi saw mengisyaratkan bahwa sesudah fasa kekalahan umat Islam akan datang fasa kejayaan kembali iaitu fasa kelima di mana bakal tegak kembali kepimpinan orang-orang yang beriman dalam bentuk Kekhalifahan mengikuti manhaj (cara/metod/ sistem) Kenabian.

Marilah kita pastikan diri kita termasuk ke dalam barisan umat Islam yang sibuk mengusahakan tertegaknya fasa kelima tersebut. Jangan hendaknya kita terlibat dalam berbagai program dan aktiviti yang memperkukuhkan fasa keempat atau fasa kepimpinan kaum kuffar di era moden ini.

Yakinlah kita bahwa di sana ada "Sunnah At-Tadaawul" (Sunnatullah dalam hal pergantian giliran kepimpinan).

Apabila kepimpinan kaum kuffar dan mereka yang bersekongkol dengannya ketika ini terasa begitu mencengkam dan menyakitkan, ingatlah selalu bahwa di dunia ini tidak ada perkara yang berterusan dan abadi.

Semuanya bakal silih berganti dan hanya masa yang menentukannya sesuai dengan usaha-usaha maksima umat Islam yang bertepatan dengan kehendak Allah swt.

"Ya Rabb kami, tuangkanlah kesabaran ke atas diri kami, dan kukuhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir". (QS Al-Baqarah : 250)

Ya Allah, jadikanlah kami sebahagian dari golongan mereka-mereka yang berusaha untuk mengembalikan semula kegemilangan fasa kelima iaitu fasa kekhalifahan mengikut Manhaj Kenabian. Selamatkanlah kami dari rangkaian fitnah yang berlaku di fasa keempat ini yang akan mencapai kemuncaknya apabila keluarnya puncak fitnah iaitu Dajjal.

Ameen Ya Rabbal Alameen

Wan Ahmad Sanadi Wan Ali

Pengerusi JK Tarbiah IKRAM Shah Alam

"Ukhuwah Teras Kegemilangan"

"IKRAM Wadah Perjuangan"


No comments:

Post a Comment